Cak Durasim
Kondo Durasim yang kemudian terkenal
dengan nama Cak Durasim. Cak Durasim
adalah tokoh sekaligus pahlawan ludruk
menurut kisah ludruk sudah ada jaman
masa kerajaan majapahit, yang dibuktikan
secara lisan dengan adanya ludruk bandan
dan ludruk lerong pada tahun 1822
tehapihod menulis kesaksian menonton
ludruk yang menampilkan dua pemain
lawak dan panji. Barulah pada abad 20
pementasan ludruk mulai mempunyai bukti
tertulis yang jelas, salah satu bukti bernama
ludruk besuta diambil dari nama tokoh
terkenal pada masa itu besut. Pada tahun
1930an cak durasim memprakasai bentuk
ludruk yang baru, ludruk ini pada umumnya
rumah tangga rakyat Sebab itu belanda membentuk kelompok ludruk bernama
ludruk priyai agar dapat mematikan
kelompok ludruk yang ada di masyarakat.
Namun hal ini tidak memberikan hasil
pada masa kedudukan jepang ludruk yang
dipimpin oleh cak durasim menyampaikan
kritik sosialnya dalam pertunjukkan di
pasar malam di kota bojonegoro melalui
kidungnya cak durasim melantunkan katakata
“pagupon omahe doro, melok Nippon
tambah sengsoro”. Kidungan inilah yang
menyebabkan cak durasim di tangkap serta
disiksa jepang sehingga tewas selain beliau
terkenal sebagai tokoh dan pahlawan ludruk
cak durasim juga berjasa dalam membantu
Dr Soetomo dalam mendirikan gedung
nasional Indonesia di Surabaya.
Nomor Registrasi |
: |
1.11 |
Tahun Registrasi |
: |
1993 |
Nomor Iventaris
|
: |
MP.PC/PEU0324m |
Kontributor
|
: |
Kasman K.S. |
Bahan
|
: |
|
Ukuran
|
: |
p: 66 cm, l: 30 cm, t: 80 cm |