Mengudara dan Bersuara: Peran Radio Republik Indonesia (RRI) pada Pemilu Pertama (1955)
Pemilihan umum muncul sebagai wujud konkret dari negara yang bersandar pada prinsip-prinsip demokratis. Indonesia mulai menerapkan perwujudan demokrasi tersebut pada tahun 1955 atau sepuluh tahun setelah merdeka. Momen ini menjadi tonggak sejarah bangsa dan ditandai sebagai Pemilihan Umum (Pemilu) Pertama Republik Indonesia. Proses pemilihan tersebut dilakukan dalam dua tahap di tahun yang sama; dimulai pada tanggal 29 September untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, kemudian dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante yang bertugas menyusun undang-undang dasar baru.[1]
Bagi penganut sistem demokrasi, peran media massa menjadi salah satu yang terpenting. Media tidak hanya menjadi instrumen dalam pemilu, tetapi juga berfungsi sebagai aktor penting dalam demokrasi.[2] Pada Pemilu Pertama 1955, media massa cetak dan elektronik memainkan peran penting baik dalam proses sosialisasi maupun pemantauan pelaksanaan pemilu di seluruh Indonesia. Selain media dari dalam negeri, media luar negeri pun turut serta memantau jalannya pemilu pertama di Indonesia. Untuk memberi pemahaman kepada seluruh masyarakat mengenai kegiatan yang dilakukan oleh PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) dalam penyelenggaraan Pemilu 1955, PPI secara berkala mengadakan konferensi pers yang dihadiri oleh para awak media, termasuk di antaranya reporter dari stasiun Radio Republik Indonesia (RRI).
Penyebarluasan informasi mengenai pelaksanaan Pemilu Pertama 1955 tidak lepas dari peran media massa, khususnya radio. Pada saat itu, teknologi penyiaran masih sangat terbatas, dan televisi belum populer seperti saat ini. Oleh karena itu, radio merupakan sarana komunikasi massa yang lebih dominan dan lebih mudah diakses oleh masyarakat. Radio memiliki cakupan yang cukup luas, sehingga dengan memanfaatkan radio, pemerintah dapat menjangkau audiens secara lebih efektif. Radio digunakan untuk menyebarkan informasi terkait proses pemilu, memberikan liputan kampanye politik, dan memberikan wawasan kepada pemilih tentang partai-partai yang bersaing. Selain itu, radio memainkan peran penting dalam memberikan pembaharuan cepat mengenai hasil pemilu kepada masyarakat.
Radio Republik Indonesia (RRI) yang didirikan sejak awal kemerdekaan, menjadi salah satu saluran komunikasi utama pemerintah ketika Pemilu Pertama 1955. Oleh sebab itu, sebagai stasiun radio resmi milik pemerintah, RRI dituntut untuk berperan aktif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal terkait pelaksanaan Pemilu saat itu. Ketika itu, informasi yang disiarkan oleh RRI didapat melalui berbagai cara, seperti peliputan langsung, wawancara, maupun mengikuti konferensi pers yang rutin dilakukan oleh PPI. Sumber informasi siaran tersebut diperoleh melalui berbagai sumber, seperti peliputan langsung, wawancara para tokoh, dan partisipasi dalam konferensi pers rutin yang diadakan oleh PPI. Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa setiap informasi yang disampaikan lebih optimal, terutama ketika ditempatkan dalam konteks peristiwa politik dan pemilu pada masa itu, sehingga dapat menciptakan suasana pemilu yang demokratis.
Selain informasi mengenai proses pelaksanaan pemilu, RRI juga berperan aktif dalam menyiarkan informasi mengenai hasil pemilu dan peristiwa-peristiwa setelah dilaksanakannya Pemilu Pertama 1955. Melalui siaran RRI pada tanggal 26 November 1955 pagi, pemerintah mengumumkan pembentukan Panitia Pemeriksa Surat-surat Kepercayaan Anggota-anggota DPR dan Konstituante. Setelah itu, RRI kembali berperan dalam upaya penyebaran informasi pada proses pelantikan anggota konstituante. Saat itu, RRI diinstruksikan untuk menjadi media utama dalam menyiarkan pengumuman pemerintah tentang upacara pelantikan (pengambilan sumpah) anggota Konstituante.[3] Melalui peran aktifnya, RRI tidak hanya menjadi saksi sejarah peristiwa penting ini, tetapi juga memegang peran sentral dalam penyebaran informasi selama Pemilu Pertama 1955.
Penulis : Aprilla Putri Wahyuni
Keterangan Gambar
Gambar I
Suasana Konferensi Pers Panitia Pemilihan Indonesia. Jakarta, 16 September 1954. Sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia, Kementerian Penerangan Jakarta RI. (18948)
Gambar II
Sutan Sjahrir dan Ny. Poppy Sjahrir sedang diwawancarai oleh reporter RRI Darmo Sugondo ketika mengantre di TPS. Jakarta, 29 September 1955.
Sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia, Kementerian Penerangan Jakarta RI. (25306)
Catatan Kaki
[1] Pamungkas, M. (2019). Naskah Sumber Arsip: Jejak Demokrasi Pemilu 1955. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.
[1] Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (2024). Pemilihan Umum Tahun 1955. Diambil dari KPU: https://www.kpu.go.id/page/read/8/pemilu-1955
[3] Arswendi, R. (2017). Media, Pilkada Serentak, dan Demokrasi. Jurnal Transformative, 31-41.
Daftar Pustaka
Buku
Feith, H. (1999). Pemilihan Umum 1955 di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Pamungkas, M. (2019). Naskah Sumber Arsip: Jejak Demokrasi Pemilu 1955. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.
Artikel Jurnal
Arswendi, R. (2017). Media, Pilkada Serentak, dan Demokrasi. Jurnal Transformative, 31-41.
Musfialdy. (2015). Peran Media Massa Saat Pemilihan Umum Mengawasi Atau Diawasi. RISALAH, 69-76.
Website
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. (Diakses pada 7 Februari 2024). Pemilihan Umum Tahun 1955. Diambil dari KPU: https://www.kpu.go.id/page/read/8/pemilu-1955
Radio Republik Indonesia. (Diakses pada 6 Februari 2024). Sejarah Berdirinya RRI. Diambil dari PPID LPP RRI: https://ppid.rri.go.id/download/dokumen/sejarah_rri_yogyakarta.pdf/13468
0 Comments:
Leave A Reply