Sam Ratulangi, Penyebar Informasi Kemerdekaan di Sulawesi

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, atau yang biasa kita kenal sebagai Sam Ratulangi adalah seorang pahlawan yang sangat besar jasanya dalam dunia komunikasi. Salah satu bentuk perjuangannya adalah menyebarkan informasi tentang kemerdekaan Indonesia di Sulawesi. Beliau membacakan teks proklamasi dan menyebarkan informasi tentang kemerdekaan Indonesia secara langsung kepada para penduduk Sulawesi.

Sam Ratulangi menghadiri langsung pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno Hatta di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Sebenarnya, sebelum 17 Agustus 1945, Sam Ratulangi sudah ada di Jakarta dan terlibat langsung dalam berbagai pertemuan penting persiapan proklamasi kemerdekaan. Selain hadir pada saat Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekano-Hatta, Sam Ratulangi juga mengikuti sidang pertama PPKI pada tanggal 18 dan 19 Agustus. Dalam salah satu keputusan sidang PPKI tanggl 19 Agustus tersebut, pria yang lahir di Minahasa tanggal 5 November 1890 ini diangkat sebagai Gubernur Sulawesi.

Tanggal 19 Agustus sore, Sam Ratulangi dan rombongan tiga orang lainnya, yaitu Andi Pangerang Daeng Parani, Andi Sultan Daeng Raja, dan Mr. Andi Zaenal Abidin, kembali ke Sulawesi menggunakan pesawat. Rombongan tersebut mendarat di sebuah lapangan terbang kecil di Bulukumba, sekitar 160 km selatan Kota Ujung Pandang tanggal 20 Agustus.
Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia baru sedikit diketahui oleh orang-orang yang mempunyai radio. Sam Ratulangi kemudian menyusun strategi perjuangan komunikasi, diawali dengan penyebaran berita proklamasi dan memberi kesadaran pada masyarakat akan pentingnya kemerdekaan serta upaya mempertahankannya. Selanjutnya dilakukan pembagian tugas, Sam Ratulangi meneybarkan informasi berita proklamasi secara formal ke arah utara, sedangkan tim yang lain terbagi ke daerah-daerah lainnya.

Tanggal 20 Agustus 1945, Sam Ratulangi di depan para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat di Sulawesi membacakan kembali naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara formal dan istimewa. Tentunya berita ini disambut dengan sukacita luar biasa dan siapapun yang mendapatkan informasi ini, ikut menyebarkannya juga.

Baru pada tanggal 29 Agustus 1945, berita proklamasi diumumkan lewat Harian Pewarta Selebes. Antusiasme masyarakat di Sulawesi sangat luar biasa hingga mereka berkumpul di Lapangan Hasanuddin di Ujung Pandang untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Di Sigi, Sulawesi Tengah, bahkan ada monumen untuk mengenang tempat lokasi pertama kali bendera Merah Putih dikibarkan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, tepatnya di Masjid Mujahidin.

Selain dikenal sebagai penyebar informasi kemerdekaan di Sulwesi, Sam Ratulangi sebelumnya merupakan cendekiawan cerdas yang banyak menyuarakan pendapatnya melalui jalur pers. Beliau adalah pemimpin mingguan Nasionale Komentaren, mingguan berbahasa belanda yang awalnya tidak bermodal namun kemudian terus berkembang. Mingguan ini merupakan majalah yang paling terkemuka pada tahun 1938 hingga 1942. Ia pernah menulis dalam mingguan tersebut, yang jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, adalah “nasib rakyat Indonesia bukan lagi seperti seekor doma yang dicukur bulunya, tapi sudah diibaratkan seekor ayam yang dikelupaskan kulitnya. Harian Sinar Daily di Medan, menyebut tokoh pers ini layaknya bintang diantara beberapa banyak bintang Indonesia yang berkilau.

Di masa pendudukan Jepang, ia memanfaatkan momentum untuk membantu rakyat Sulawesi. Ia berusaha membakar dan menggembleng semangat rakyat untuk meraih kemerdekaan. Di masa pendudukan Belanda, ia berhasil menghapuskan kewajiban kerja rodi di Minahasa dan membuka transmigrasi lokal di daerah Minahasa Selatan.

-----

Penulis: Rosita Budi Suryaningsih

Daftar Pustaka:
Abdurakhman, dkk. (2018) . Atlas Sejarah Indonesia: Berita Proklamasi Kemerdekaan. Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Informasi pada koleksi Patung Tokoh-Tokoh Penerangan di Museum Penerangan